• September 8 2021

TIM UKM PENELITIAN UNY TELITI EKSISTENSI MANUSIA KERDIL (DWARFISME) DI DESA PALAK SIRING DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

pkm

Memiliki fisik yang sempurna menjadi harapan setiap manusia. Kesempurnaan yang dimiliki akan memudahkan interaksi di dunia sekitar tanpa adanya diskriminasi. Namun, tidak semua manusia mengalami pertumbuhan biologis secara normal. Salah satu kelainan biologis pada manusia yaitu memiliki tubuh tidak proporsional dengan tinggi dibawah rata-rata 90-120 cm (Nurlina, 2019: 1; Willy, 2019). Manusia ini sering disebut manusia kerdil (dwarfisme) atau cebol (Alodokter, 2019). Dwarfisme terjadi karena faktor genetik dan kurangnya hormon pertumbuhan dalam tubuh. Di Indonesia, tepatnya di Bengkulu Selatan terdapat satu desa yang memiliki populasi manusia kerdil yang cukup besar. Manusia kerdil menetap di dua kecamatan yaitu, Kedurang dan Padang Guci, Kaur (Okezone, 2015). Desa Palak Siring merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kedurang Kabupaten Bengkulu Selatan. Rohadi selaku Kepala Desa Palak Siring mengatakan bahwa kondisi masyarakat Desa Palak Siring di dominasi sebagai petani dan kebun. Untuk jumlah penduduk di Desa Palak Siring yaitu sebanyak 981 jiwa dengan pembagiannya yaitu 542 laki-laki dan 439 perempuan. Manusia kerdil (dwarfisme) terjadi karena adanya faktor keturunan gen dari kaum ibu dengan jumlah sebanyak 6-15 orang di Desa Palak Siring dan dengan total 30 orang di Kedurang dan semua manusia kerdil (dwarfisme) tidak ada yang perempuan. Manusia kerdil di Desa Palak Siring ini di dominasi suku Pasemah (Rohadi, 2021). Melihat adanya keunikan terkait manusia kerdil, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Sosial Humaniora (RSH) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) yang terdiri dari Arif Hidayat (Ilmu Komunikasi), Giovani Eka Meilia (Pendidikan Luar Biasa), dan Muhammad Agusti Saputra (Psikologi) dengan dosen pembimbing Banyu Wicaksono, S.Psi., M.Sc., Psych. Melakukan penelitian tentang manusia kerdil (dwarfisme).

Arif Hidayat menjelaskan, penelitian ini dilakukan di Desa Palak Siring, Kedurang, Bengkulu Selatan. Adapun tujuan penelitian diantara lain untuk mengetahui faktor penyebab keberadaan manusia kerdil di Desa Palak Siring, mengetahui eksistensi manusia kerdil di Desa Palak Siring dalam perspektif interpersonal communication di masyarakat, dan mengetahui bentuk interpersonal communication

pada manusia kerdil di Desa Palak Siring. Adapun luaran penelitian ini berupa artikel ilmiah, buku monograf dan video documenter terkait manusia kerdil.

“Kesimpulan dari penelitian ini antara lain Desa Palak Siring merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kedurang Kabupaten Bengkulu Selatan. Kondisi masyarakat Desa Palak Siring di dominasi sebagai petani dan kebun. Untuk jumlah penduduk di Desa Palak Siring yaitu sebanyak 981 jiwa dengan pembagiannya yaitu 542 laki-laki dan 439 perempuan. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa yang menjadi penyebab adanya faktor keberadaan Manusia Kerdil (dwarfisme) di Desa Palak Siring Desa seperti faktor Keturunan Gen dari Perempuan, adanya Bawaan Dari Daerah Padang Guci Kaur ke Kedurang Desa Palak Siring, dan adanya Kisah Daerah Dari Padang Guci Kaur, Eksistensi yang dilakukan oleh manusia kerdil (dwarfisme) di Desa Palak Siring beragam dan membuktikan bahwa walaupun kondisi kerdil ternyata tetap bisa eksis di tengah lingkugan masyarakat. Informan yaitu Tuyuk, Capuk, Urip, Yuyun, Bayu, dan Bobi bisa membentuk citra positif di kalangan masyarakat agar keberadaan bisa diakui dan diterima. Mampu berapdatasi, memiliki komunikasi yang baik, serta bisa eksis dengan kondisi yang dimiliki adalah sesuatu kebanggaan tersendiri yang sudah dilakukan manusia kerdil di Desa Palak Siring walaupun harus melewati proses penerimaan diri yang cukup panjang. Mampu memimpin masyarakat desa, menciptakan karya, menempuh pendidikan tinggi, serta diliput di berbagai media membuktikan bahwa kondisi yang kerdil (dwarfisme) bukan suatu hambatan melainkan keunikan dan kebanggaan tersendiri bagi kaum manusia kerdil. Komunikasi yang dilakukan mampu diterima dan dipahami oleh masyarakat yang ada tanpa memandang kondisi tubuh yang kerdil, dan Proses penggalian informasi dalam rangka untuk menyampaikan pesan atau mencari sesuatu informasi yang diinginkan harus dilakukan melalui tiga tahapan agar apa yang diinginkan bisa didapatkan. Tahap-tahap interpersonal communication yang akan dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu proses pendekatan, membangun komunikasi dan mengembangkan kredibilitas. Membangun komunikasi biasanya dilakukan manusia kerdil (dwarfisme) dengan menciptakan suasana yang nyaman dan akrab dalam setiap tahapan komunikasi yang dilakukan. Suasana yang akrab dapat diperoleh melalui percakapan ringan (small talk) dan gaya komunikasi yang informal sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman. Suasana yang nyaman didapat dengan melakukan pendekatan personal yang baik. Dalam menunjang komunikasi yang efektif, ada beberapa aspek yang digunakan seperti aspek keterbukaan, empati, sika mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.” Paparnya

Melalui penelitian ini, lanjut Arif Hidayat, Tim PKM FIS UNY menawarkan beberapa saran yaitu perlunya kesadaran masyarakat untuk saling menghargai satu sama lain karena sejatinya setiap orang sama, perlunya pemerintah untuk melek akan kondisi manusia kerdil di Desa Palak Siring, dan dapat dikenalkannya manusia kerdil ini ke khalayak.

Berita Lainnya