• Oktober 29 2019

Drone Pendeteksi Depresi sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Bunuh Diri

Indonesia pada saat ini sedang darurat gangguan mental, banyak terjadi kasus bunuh diri di Indonesia. Gangguan mental seperti stress hingga menyebabkan depresi harus segera ditanggulangi. Dalam jurnal penelitan Depression and Coronary Artery Disease yang diterbitkan oleh The National Center for Biotechnology Information, membuktikan jika kesehatan mental dan kesehatan fisik sangat berkaitan satu sama lain. Manusia selalu mementingkan kesehatan fisik terlebih dahulu dibandingkan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental seringkali terabaikan  oleh manusia, hal ini dapat menimbulkan gejala kesehatan mental seperti stress. Berdasarkan permasalahan tersebut Firyun dan teman – temannya membuat suatu  gagasan futuristik berupa alat yang mampu mencegah dan mengurangi kasus bunuh diri di Indonesia akibat depresi, sehingga mampu mewujudkan SDGs 30 dengan tujuan no. 3 yakni Good Health and Well Being yang bernama DSP (Drone Stress out Pass).

Gagasan tersebut diajukan Firyun dan teman-temannya dalam Program Kreativitas Mahasiswa – Gagasan Futuristik dan Konstruktivistik atau biasa disebut dengan PKM-GFK.  PKM-GFK merupakan PKM jenis baru yang dikeluarkan oleh Ristekdikti pada tahun 2019 ini. PKM ini berisikan tentang sebuah gagasan yang tentunya sangat futuristik. Uniknya gagasan tersebut dituangkan dalam bentuk video dengan durasi maksimal 10 menit yang nantinya diunggah ke Youtube.

Gagasan tersebut  mampu mengantarkan Firyun dan teman-temannya lolos pada PKM-GFK ( Program Kreatifitas Mahasiswa – Gagasan Futuristik dan Konstruktivistik) dan melanjutkan perjuangan sebagai finalis PIMNAS 32 dari kontingen Universitas Negeri Yogyakarta dengan tim yang di ketuai oleh Mardhotilah Chusna Aslima (Teknologi Pendidikan 2018) dan beranggotakan Safira Hayunda Rachmadi ( Teknologi Pendidikan 2018) serta  Bayu Setyawan ( Teknologi Pendidikan 2018). Dalam gagasannya, DSP mampu mendeteksi tingkat depresi seseorang melalui gelombang otak yang dihasilkan oleh kepala manusia, dengan begitu kita mampu mengetahui apakah orang tersebut memilik gangguan mental yang berat atau tidak, sehingga penanganan pun dapat terlaksanakan dengan cepat dan mampu menekan kasus bunuh diri yang terjadi di seluruh Indonesia.

Dalam perjalanan menyusun PKM ini, Firyun dan teman – temannya memunculkan ide tersebut dalam waktu 1 bulan serta pembuatan video selama 1 minggu sebelum deadline. Ada pun kejadian unik yang terjadi saat peng-upload-an video, ternyata kualitas video yang diunggah tidak sesuai dengan peraturan dikarenakan Firyun dan teman – teman salah membaca ketentuan peng-upload-an video. Kejadian tersebut sempat membuat Firyun dan timnya lemas, namun mereka tak patah semangat untuk mencoba lagi di PIMNAS tahun depan. Ternyata Allah SWT berkata lain, PKM mereka lolos dan tim mereka mejadi satu-satunya Tim PKM-GFK yang lolos dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan angkatan termuda, memang Tim PKM Firyun berisikan teman satu angkatan satu prodi, dan satu kelas.

Dari pengalaman Firyun dan teman-temannya kita menyadari bahwa apabila kau sudah memiliki tekat dan niat yang kuat, maka yakinlah bahwa Tuhan selalu membersamai mu dalam perjuangan mu, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini apabila Tuhan sudah menghendaki. Semoga artikel ini mampu menguatkan dan memotivasi para pejuang dan generasi emas di seluruh dunia untuk percaya pada mimpinya dan selalu berusaha untuk berjuang menggapainya.

(Firyun & Chusna/ Tim Jurnalistik UKMP 2019)

Berita Lainnya