• Juli 23 2016

PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG MELINJO SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN BRIKET

Cangkang Melinjo sebaga energi alternatif

Cangkang Melinjo sebaga energi alternatif

Selama 11 tahun terakhir produksi energi nasional terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,6% per tahun. Khususnya pada pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia mencapai 7% per tahun. Padahal pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya mencapai 2,6%. Hal itu disebabkan karena 95% konsumsi energi Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar fosil. Dari total tersebut, 50%-nya merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Konsumsi BBM yang tinggi menjadi masalah bagi Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan bahan lain yang mudah didapat dan jumlahnya melimpah. Salah satunya adalah briket dari cangkang melinjo. Mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta, Fauziyyah Diyah Anggita Sari (Kimia-2014), Titik Wulandari (Matematika-2014), Rizka Alina Rahmawati (Pendidikan Bahasa Inggris-2013), Shinta Hanifati (Pendidikan Fisika-2013), dan Rizal Justian Setiawan (Teknik Mesin-2014) telah berhasil melakukan penelitian dalam mengembangkan energi alternatif ramah lingkungan dari cangkang melinjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan briket limbah kulit cangkang melinjo dan mengetahui kualitas briket limbah kulit cangkang melinjo dibandingkan dengan standar briket yang telah ada.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Universitas Negeri Yogyakarta pada bulan November 2015 sampai Januari 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan dan persiapan dan pembuatan briket. Setelah briket jadi, tahap berikutnya yaitu pengukuran titik nyala, kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan kadar karbon terikat. Adapun pada tahap survei lapangan meliputi observasi/survey ke dusun Gedongsari Wijirejo Pandak Bantul Yogyakarta. Menurut ketua tim Fauziyyah Diyah Anggita Sari, limbah cagkang melinjo merupakan limbah yang cukup banyak dijumpai pada pengrajin emping, salah satunya pengrajin emping di daerah Mredo Gatak, Bantul. Limbah cangkang melinjo ini merupakan limbah yang belum dimanfaatkan secara maksimal dan jumlahnya cukup besar di masyarakat. Akan tetapi, limbah kulit melinjo pada umumnya hanya dibakar sehingga menimbulkan polusi udara. Oleh karena itu, limbah cangkang kulit melinjo dapat digunakan sebagai inovasi briket dengan variasi penambahan perekat sebagai bahan bakar ramah lingkungan, dan meningkatkan  nilai ekonomis limbah cangkang kulit melinjo. Hasil penelitian ini akan dipresentasikan dalam event World Invention Creativity Contest, Seoul, Korea Selatan pada tanggal 27 Juli 2016. (Shinta).

Berita Lainnya