• Agustus 10 2021

Tradisi Perayaan Tahun Baru Islam di Indonesia

tahun-baru-islam

Libur nasional Tahun Baru Islam 1443 Hijriah jatuh pada hari ini, Selasa, 10 Agustus 2021. Umat Islam di dunia merayakan tahun baru Hijriah dengan sejumlah tradisi, begitu juga dengan Indonesia. Tradisi menyambut Tahun Baru Islam di Indonesia umumnya memadukan berbagai unsur dalam agama dengan budaya setempat. Berikut merupakan tradisi perayaan tahun baru Islam di Indonesia, yaitu:

  1. Mubeng Benteng

Mubeng Beteng merupakan tradisi tahunan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang telah ada sejak zaman Sri Sultan Hamengkubowono I untuk menyambut Tahun Baru Islam atau 1 Suro. Foto: @ibonugro_ 

Tahun ini, prosesi Mubeng Benteng kembali ditiadakan, biasanya tradisi ini dilaksanakan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta. Pada upacara ini benda-benda  pusaka diarak mengelilingi benteng keraton. Para peserta ritual dilarang untuk berbicara dan memakai alas kaki.

  1. Kirab Kebo Bule Kiai Slamet

Kirab malam 1 Suro menjadi tradisi tahunan Keraton Kasunanan Surakarta saat pergantian tahun baru hijriah. Kirab ini menjadi bentuk rasa syukur dan penuh harap untuk kehidupan yang lebih baik sari sekarang. Tidak sedikit orang-orang yang menyaksikan berharap memperoleh berkah dari percikan air dari pusaka, hingga kebo bule yang menjadi cucuk lampah dari pusaka tersebut. Ada yang unik dari tradisi ini, yaitu kehadiran kerbau bule atau kerbau albino turunan kerbau Kiai Slamet. Kebo Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat. Uniknya lagi orang-orang yang mengikuti prosesi ini akan berebutan untuk menyentuh tubuh sang kerbau, bahkan jika sang kerbau buang kotoran maka kotorannya pun akan diperebutkan oleh warga. Mereka percaya bahwa hal itu cara untuk mencari berkah Kiai Slamet.

Suasana Kirab Kebo Bule malam satu suro saat melewati kawasan Bundaran Gladak, Solo. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com) 

  1. Tradisi Tabuik

Di Pariaman, Sumatra Barat, orang menyambut Tahun Baru Islam melalui gelaran upacara Tabuik atau Tabut. Tradisi ini memperingati hari Asyura pada 10 Muharram. Upacara ini dilakukan untuk mengenang gugurnya Imam Husain, Cucu Nabi Muhammad SAW. Upacara serupa juga terdapat di Bengkulu yang dikenal dengan Tabot. Tabuik diambil dari bahasa Arab yang berarti peti kayu.

Di Pariaman sendiri, tabuik menyerupai patung buraq, seekor kuda bersayap dengan kepala perempuan. Patung Tabuik terbuat dari bambu, rotan, dan kertas. Pada punggungnya, terdapat sebuah peti yang berisi perhiasan dekoratif dan payung. Tradisi tersebut dilakukan dengan serangkaian pembuatan tabuik dari 1 Muharram hingga 10 Muharram. Pada 10 Muharram, tabuik diarak dan dibuang ke laut.

Suasana Tradisi Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat 

  1. Pawai Obor

Masyarakat Jawa Barat menggelar pawai obor untuk menyambut tahun baru Islam dengan mengelilingi kota. Selain itu, pawai obor juga dilaksanakan oleh masyarakat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tradisi yang satu ini memang banyak dilakukan oleh umat Islam di Indonesia sebagai rasa syukur dan antusias umat menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharrram. Sejumlah masyarakat biasanya pawai membawa obor mengelilingi kampung dan sambil bershalawat ataupun berdoa.

ilustrasi pawai obor pada 2019. (Ayobandung.com/Irfan al-Faritsi)

  1. Grebeg Suro

Perayaan Grebeg Suro 2019, Peringatan Hari Jadi ke-523 Ponorogo dan Festival Budaya Bumi Reyog di Panggung Utama Alun-Alun Ponorogo

Grebeg Suro adalah acara tradisi budaya tahunan masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel. Warga di Ponorogo, Jawa Timur juga mengadakan tirakatan, yaitu tidak tidur semalaman untuk menyambut tahun baru Islam. 

Tradisi Tahun Baru Islam biasanya dilakukan menjelang pergantian tahun, saat pergantian tahun, dan juga setelah pergantian tahun. Tradisi ini tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Pada masa pandemi Covid-19 ini, sejumlah tradisi tahun baru Islam terpaksa tak bisa dilakukan. Atau, kalaupun tetap dilakukan maka akan dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Tradisi tersebut menunjukkan keanekaragaman budaya di Indonesia yang sangat unik. Tradisi tersebut sudah sepatutnya dilestarikan oleh generasi masa kini. (KAM

Berita Lainnya